Senin, 20 Oktober 2008

Perahu Penyeberangan Jadi Alternatif Warga

Akibat Mangkraknya Pembangunan Jembatan Kutai Lama

Sapos.co.id. KEBERADAAN jembatan bagi daerah yang dipisahkan oleh sebuah sungai sangat vital perannya. Pasalnya, dari situlah arus lalu lintas dari satu daerah ke daerah lainnya berjalan. Begitu juga seperti yang terjadi di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Arus lalu lintas dari Desa Sidomulyo menuju Kutai Lama terpaksa dilakukan menggunakan perahu penyeberangan. Kondisi Jembatan Kutai Lama yang rencananya akan dijadikan penghubung dua desa tersebut mangkrak. Tak ada aktivitas pembangunan di jembatan tersebut.

Untuk menyeberangi sungai, warga terpaksa menggunakan perahu penyeberangan yang beroperasi selama 24 jam nonstop dengan tarif berbeda-beda. Tarif penyeberangan untuk sepeda motor, warga harus mengeluarkan uang Rp4.000, sedangkan untuk mobil dikenakan tarif Rp13.000. Namun, bagi pejalan kaki tidak dikenakan biaya.

"Mau tidak mau kita harus menggunakan perahu untuk menyeberang, meskipun harus membayar. Soalnya tidak ada jembatan di daerah ini, satu-satunya fasilitas penyeberangan yang ada hanyalah perahu penyeberangan yang terus beroperasi 24 jam nonstop," ungkap Sulaeman, warga Desa Sungai Mariam.

Ia mengeluhkan soal mangkraknya Jembatan Kutai Lama yang bertahun-tahun tidak kunjung selesai. Apalagi, warga Kecamatan Anggana sangat berharap jembatan tersebut segera selesai guna memperlancar arus lalu lintas. Sehingga warga tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk menyeberang ke Desa Kutai Lama.

"Seharusnya pemerintah bisa lebih peka terhadap kondisi daerah yang letaknya jauh dari kota seperti ini. Jangan malah, pembangunannya diabaikan begitu saja," cetusnya lagi. (rm-4)

Tidak ada komentar: