Senin, 20 Oktober 2008

Distribusi Air PDAM Lancar

Sapos.co.id. SEJAK tahun 2001 lalu, masyarakat Kecamatan Anggana sudah mendapat pasokan air bersih. Bahkan, setelah dibangun tahun 1998 dan mulai beroperasi 2001 lalu, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kecamatan Anggana mengaku sudah mendistribusikan air bersih pada sekitar 1.200 pelanggan di 3 desa, yaitu Desa Anggana, Sungai Mariam dan Sidomulyo.

Air baku yang didistribusikan kepada warga tersebut berasal dari Sungai Mahakam. Kemampuan mesin pompa yang dimiliki PDAM, mampu memproduksi air sebanyak 20 liter perkubik. Sementara harga satu liter perkubiknya mencapai Rp2.750.

Menurut Pelaksana Operator Produksi PDAM Kecamatan Anggana, M Zachroni, selama ini pihaknya tidak begitu mengalami banyak permasalahan dalam proses pendistribusian. Kalau ada, itu hanya mati air sesaat yang diakibatkan pipa bocor atau mampetnya penyedot air di Sungai Mahakam.

"Kualitas air yang kami olah sampai sekarang belum mendapat komplain dari masyarakat. Memang air kadang keruh, itu terjadi karena endapan di dalam pipa. Hal itu kami anggap biasa dan bisa diatasi oleh konsumen sendiri," ungkap Zachroni.

Ditambahkannya, jika air PDAM sedang keruh, warga hanya tinggal menyalakan air terus menerus selama 5 menit. Setelah itu warna air kembali normal. Zachroni mengaku, terkadang air keruh tidak bisa dihilangkan. Itu terjadi saat musim kemarau yang mengakibatkan air sungai berwarna merah. Tapi dengan warna air seperti itu tidak berpengaruh terhadap kesehatan tubuh para konsumen. (rm-4)

Pasar Malam Perlu Diperhatikan

Kesadaran Pedagang dan Pengunjung Dinilai Kurang

Sapos.co.id. KEBERADAAN pasar malam di Desa Sungai Mariam, Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mendapat sorotan tajam dari masyarakat setempat. Saat siang hari, kondisi pasar malam yang terletak di Jl Bhayangkara tersebut terlihat seperti pasar kumuh. Sehingga kawasan dikatakan tidak enak dipandang.

Warga meminta agar pihak kecamatan dan pengurus desa segera membenahi kawasan tersebut. Jangan sampai, kawasan tersebut malah bisa dikatakan sebuah nilai buruk bagi Desa Sungai Mariam. Pasalnya kawasan ini merupakan salah satu daerah yang berkembang.

"Seharusnya pasar malam di sini ditata dengan baik. Jangan sampai malah terbengkalai seperti itu. Terutama siang hari, pasar malam tersebut bisa dilihat dengan jelas kondisinya," ungkap Murjani, warga setempat.

Dikatakannya lagi, kesadaran pedagang yang menggunakan petak-petak di daerah tersebut dinilai kurang. Setelah menggelar dagangannya, pasar malam tersebut malah ditinggal pergi. Sehingga sampah-sampah bekas dagangan berserakan di sepanjang petak-petak tersebut.

Selain itu, kondisi petak dagangan juga terlihat sudah kumuh. Itu lantaran pedagang yang menggunakan petak tersebut tidak bisa merawat dengan baik. Beberapa petak sudah terlihat reyot dan nyaris roboh. Belum lagi kondisi sekitar seperti tidak terawat, rumput menjadi panjang. Juga parit yang kotor akibat tumpukan sampah yang dibuang pengunjung dan pedagang.

"Kalau tidak ada perhatian khusus dari aparatur pemerintahan yang berwenang di daerah ini, akan menyebabkan kawasan ini seperti daerah kumuh. Tentunya kita tidak mau Desa Sungai Mariam dikategorikan kawasan kumuh," cetus Murjani lagi. (rm-4)

Perahu Penyeberangan Jadi Alternatif Warga

Akibat Mangkraknya Pembangunan Jembatan Kutai Lama

Sapos.co.id. KEBERADAAN jembatan bagi daerah yang dipisahkan oleh sebuah sungai sangat vital perannya. Pasalnya, dari situlah arus lalu lintas dari satu daerah ke daerah lainnya berjalan. Begitu juga seperti yang terjadi di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Arus lalu lintas dari Desa Sidomulyo menuju Kutai Lama terpaksa dilakukan menggunakan perahu penyeberangan. Kondisi Jembatan Kutai Lama yang rencananya akan dijadikan penghubung dua desa tersebut mangkrak. Tak ada aktivitas pembangunan di jembatan tersebut.

Untuk menyeberangi sungai, warga terpaksa menggunakan perahu penyeberangan yang beroperasi selama 24 jam nonstop dengan tarif berbeda-beda. Tarif penyeberangan untuk sepeda motor, warga harus mengeluarkan uang Rp4.000, sedangkan untuk mobil dikenakan tarif Rp13.000. Namun, bagi pejalan kaki tidak dikenakan biaya.

"Mau tidak mau kita harus menggunakan perahu untuk menyeberang, meskipun harus membayar. Soalnya tidak ada jembatan di daerah ini, satu-satunya fasilitas penyeberangan yang ada hanyalah perahu penyeberangan yang terus beroperasi 24 jam nonstop," ungkap Sulaeman, warga Desa Sungai Mariam.

Ia mengeluhkan soal mangkraknya Jembatan Kutai Lama yang bertahun-tahun tidak kunjung selesai. Apalagi, warga Kecamatan Anggana sangat berharap jembatan tersebut segera selesai guna memperlancar arus lalu lintas. Sehingga warga tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk menyeberang ke Desa Kutai Lama.

"Seharusnya pemerintah bisa lebih peka terhadap kondisi daerah yang letaknya jauh dari kota seperti ini. Jangan malah, pembangunannya diabaikan begitu saja," cetusnya lagi. (rm-4)

Kamis, 16 Oktober 2008

Masalah SDM dan Infrastruktur Jadi Sorotan

Saat Debat Kandidat Kades Anggana
sapos.co.id.RATUSAN warga Desa Anggana, Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara memadati Gedung Serbaguna Desa yang terletak di Jl Masjid, kemarin malam, untuk menyaksikan debat kandidat calon Kepala Desa (Kades) Anggana periode 2008 - 2013. Debat kandidat itu adalah rangkaian kegiatan pemilihan kepala desa (Pilkades) sebelum tahap pencoblosan yang rencananya digelar 20 Oktober mendatang. 5 calon yang ikut dalam debat tersebut adalah Adi Kusnawan, Botri Suwondo, Wagimin, Nordiansyah, Eka Sri Rahayu.

"Kegiatan ini kami laksanakan untuk menguji pemikiran kritis dari para calon, di hadapan masyarakat, agar tidak salah pilih. Walaupun bukan jaminan," ungkap Ketua Pilkades Dadi Wahab SPd MM kepada Sapos.

Dalam debat kandidat tersebut, selain pemaparan visi dan misi. Para calon juga diberikan kesempatan untuk saling beradu argumentasi terhadap visi dan misi yang telah dipaparkan. "Ini merupakan tahap awal ujian bagi para calon sebelum mereka duduk di bangku kepala desa. Pertanyaan yang diberikan merupakan permasalahan dan harapan yang harus bisa diselesaikan," lanjut Dadi.

Secara umum, permasalahan utama yang menjadi sorotan tajam mengenai sarana infrastruktur, pendidikan, dan pengangguran. Ketiga hal tersebut, saat ini memang menjadi kendala, khususnya di Desa Anggana.

"Kekayaan alam Desa Anggana sangat luar biasa, hal itu dapat dilihat dengan beberapa perusahaan tambang dan migas yang ada. Tetapi pembangunan di daerah ini sangatlah jauh tertinggal jika dibandingkan dengan daerah lain, hal inilah yang harus ditemukan jawabannya oleh semua kandidat yang ada," ucap salah seorang warga Anggana.

Diakhir kegiatan panitia menggelar kegiatan penyampaikan ikrar bersama para calon untuk dapat menjaga suasana kondusif, yang selama ini sudah tercipta di Desa Anggana, serta siap untuk menerima kekalahan.

"Siapa pun yang nantinya terpilih adalah putra-putri terbaik desa ini, jadi tidak ada lagi yang dapat dipermasalahkan. Saya yakin walaupun kami berbeda visi dan misi, namun tetap satu tujuan yakni membangun dan membawa desa tercinta ini kearah yang lebih baik," imbuh Wagimin, salah seorang calon kades. (rm-4)

Selasa, 07 Oktober 2008

Semenisasi Jalan Disambut Warga Desa Anggana

Harapkan Pemeliharaan juga Diperhatikan
sapos.co.id.KONDISI jalan rusak, mulai dari berlubang, berlumpur dan berdebu yang selama ini menjadi keluhan warga Kecamatan Anggana, khususnya mereka yang berada di Jl Manunggal, Desa Sungai Mariam, Kukar, sejak satu minggu yang lalu sudah bisa bernafas lega. Pasalnya, dalam beberapa minggu terakhir sudah dilakukan semenisasi.

Tak ada lagi hujan debu yang selama ini sangat dikeluhkan warga. Jalan yang menghubungkan antara RT 10, 11 dan 12 tersebut sudah mulus.

"Kami berterima kasih atas pembangunan jalan ini, karena hal ini memang telah lama kami keluhkan," kata Ariani, salah seorang warga Jl Manunggal.

Menurut Ariani, pembangunan jalan tersebut masih ada kekurangan, yaitu tidak adanya drainase di kanan-kiri jalan, sehingga akan mempengaruhi ketahanan jalan tersebut.

"Kami sih mengharapkan agar jalan ini dilengkapi dengan parit, jadi kalau hujan ada saluran airnya. Kalau airnya mengendap di situ saja, jalannya akan cepat hancur," lanjut Ariani.

Dikatakannya lagi selain pembangunan drainase, warga juga sangat mengharapkan agar jalan yang sudah dibangun tersebut diperhatikan perawatannya, karena hal itu juga sangat berpengaruh terhadap ketahanan jalan.

"Sebenarnya membangun itu lebih mudah dari memelihara, semoga pemerintah dapat lebih memperhatikan hal ini. Untuk membangun satu jalan, tentunya tidak sedikit dana yang dibutuhkan, karena itu bangunan yang sudah ada hendaknya sangat diperhatikan perawatannya," imbuh Ariani.

Pembangunan beberapa jalan di kawasan Kecamatan Anggana, diharapkan warga akan menjadi titik terang terhadap pembangunan beberapa infrastruktur lain yang saat ini sangat dibutuhkan warga, misalnya pasar dan terminal.

"Kecamatan Anggana adalah daerah kaya, karena itu harapan kami untuk majunya pembangunan di kawasan ini tidak pernah putus. Toh apa yang kami harapkan bukan milik orang, tapi milik kami sendiri," cetus Ariani. (rm-5)